Aksi kekerasan atau tawuran yang
dilakukan pelajar di Jakarta kini tengah mendapatkan sorotan. Setiap
pihak menuding bahwa ada yang salah dalam proses pembinaan pelajar masa
kini, sehingga tradisi tawuran pun seakan sulit diputus.
Salah satu faktor yang
menyebabkan tradisi kekerasan itu selalu muncul di setiap angkatan
adalah adanya penanaman rasa benci oleh senior. Demikian disampaikan
Kepala Seksi Pembinaan Kemampuan Direktorat Pembinaan Masyarakat Polda
Metro Jaya, Komisaris Jaenur, Kamis (22/9/2011), di Polda Metro Jaya.
"Biasanya dari yang pernah saya
dalami, aksi tawuran pelajar itu muncul karena terkadang ada orang
ketiga. Senior dan alumni kadang-kadang ikut memperkeruh suasana dan
menebar kebencian yang sifatnya negatif," ujar Jaenur.
Senior dan alumni itu dulu
mungkin pernah sakit hati, dan pernah mendapatkan perlakukan kekerasan,
sehingga mereka kemudian mengintimidasi yuniornya. Hal ini pun berlanjut
turun temurun. Meski sudah tamat sekolah, para alumni yang tergabung
dalam kelompok tertentu ini diakui terus menanamkan bibit kebencian itu.
"Kebanyakan alumni yang memprovokasi ini adalah yang suka tawuran," kata Jaenur.
Dikatakan Jaenur, para alumnus
barisan sakit hati yang dulunya gemar berkelahi ini ingin mencari
ketenaran dan ingin mencari nama. "Supaya dibilang jagoan," ucapnya.
Dengan membawa-bawa solidaritas
kelompok inilah kemudian para alumnus mengajak para siswa tawuran.
"Siapa yang menolak dibilang penciut dan banci," tutur Jaenur.
@kompas.com
No comments:
Post a Comment