Kata periodontal berarti “sekitar gigi”. Karena itu, penyakit periodontal berarti penyakit pada jaringan di sekitar gigi, yaitu infeksi bakteri yang mengenai gusi dan tulang yang menyokong gigi.
Penyakit ini dapat menjadi serius jika tidak ditangani, bahkan dapat menyebabkan tanggalnya gigi.
Penyakit ini dapat menjadi serius jika tidak ditangani, bahkan dapat menyebabkan tanggalnya gigi.
Penyakit periodontal berhubungan dengan usia. Anak-anak cenderung bebas dari penyakit ini walaupun terdapat plak gigi,
namun selama pubertas terdapat peningkatan kerentanan terhadap penyakit
ini. Hal ini terbukti lewat fakta lebih dari 65 persen remaja Amerika
yang menderita penyakit ini. Demikian pula lebih dari 65 persen dewasa
Amerika memiliki kantung gusi akibat penyakit ini.
Penyebab
utama penyakit periodontal adalah bakteri yang berada di dalam plak.
Namun, terdapat faktor-faktor lain yang juga memengaruhinya, antara
lain: merokok, genetik, kehamilan dan pubertas, stres, konsumsi
obat-obatan (contohnya: steroid, kontrasepsi oral, obat epilepsi, dan
obat-obat jantung tertentu), memakai kawat gigi, kencing manis, gizi buruk, serta penyakit yang mengganggu sistem kekebalan tubuh (contohnya AIDS).
Ada
banyak bentuk penyakit periodontal. Jenis yang paling sering adalah
gingivitis. Pada gingivitis, warna gusi menjadi merah, bengkak, sakit
dan mudah berdarah. Terkadang terjadi bau napas tidak sedap serta rasa
pahit di mulut. Gingivitis ini mulanya disebabkan oleh plak pada gigi. Gingivitis dapat sembuh sempurna dengan penanganan profesional serta perawatan gigi dan mulut yang baik, namun jika tidak ditangani dapat berlanjut menjadi periodontitis.
Pada periodontitis, plak telah menyebar ke bagian dalam gusi sehingga terjadi peradangan yang mengakibatkan hilangnya perlekatan gigi dan gusi. Hal ini yang menyebabkan terbentuknya kantung gusi.
Kantung
gusi ini mempermudah terjadinya infeksi kuman dan lama-kelamaan dapat
terbentuk nanah di dalamnya. Kantung ini dapat menjadi semakin dalam dan
menyebabkan kerusakan tulang gigi yang kemudian akan menyebabkan gigi goyah dan tanggal. Penderita periodontitis biasanya merasa giginya menjadi lebih sensitif ketika makan makanan panas atau dingin.
Penyakit periodontal ini dapat dicegah dengan cara menjaga kesehatan mulut, yaitu menggosok gigi minimal 2 kali sehari, mengganti sikat gigi dengan yang baru setiap 3 bulan, menggunakan pasta gigi
yang menggunakan fluoride, menggunakan dental floss untuk membersihkan
plak, menggunakan obat kumur, mengonsumsi makanan secara seimbang dan
menghindari makan terlalu manis.
Jika telah terjadi penyakit ini, sebaiknya dilakukan perawatan oleh profesional. Terapi yang akan dilakukan oleh dokter gigi dapat berupa terapi nonbedah ataupun bedah.
Terapi nonbedah dilakukan jika kerusakan yang terjadi belum parah, yaitu dapat dilakukan dengan scaling (pembersihan karang gigi), pemberian antibiotik, pemberian obat kumur, dan anjuran untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut. Terapi bedah dilakukan jika kerusakan sudah parah dan tidak bisa ditangani dengan cara nonbedah.
Prosedur bedah yang biasa dilakukan antara lain reduksi kantung gigi
(pocket reduction procedure), pemanjangan mahkota (crown lengthening),
soft tissue grafts, gingival grafts, prosedur flap gingival,
gingivectomy, serta Guided Tissue Regeneration/Bone Augmentation. Jika
penderita telah kehilangan giginya akibat penyakit periodontal, maka dapat diterapi dengan implan gigi (dental implants).
Vitamin C
Vitamin
C merupakan vitamin yang diperlukan untuk proses tumbuh kembang normal.
Tubuh manusia tidak memiliki kemampuan untuk menyintesis vitamin C,
karena itu diperlukan asupan dari luar untuk mencukupi kebutuhan
sehari-hari.
Vitamin C banyak
ditemukan pada buah-buahan seperti jeruk, anggur, lemon, pepaya, dan
stroberi. Sayuran yang juga mengandung vitamin C antara lain tomat,
brokoli, paprika hijau dan merah, selada, dan sayuran hijau lainnya.
Vitamin
C dibutuhkan untuk berbagai proses biokimia dalam tubuh, antara lain,
membentuk dan menjaga integritas kolagen yang merupakan pembentuk
struktur jaringan tubuh (kulit, tulang, gigi,
pembuluh darah, tulang rawan, dan otot). Selain itu, vitamin C memiliki
fungsi antioksidan, yaitu melindungi sel dari kerusakan oleh radikal
bebas. Vitamin C juga berperan dalam sistem kekebalan tubuh, yaitu
dengan menstimulasi produksi sel darah putih serta mendorong produksi
antibodi dan interferon yang memberikan perlindungan terhadap virus dan
sel kanker.
Selain itu, vitamin C
juga berkontribusi terhadap pertahanan tubuh dengan fungsinya sebagai
pembentuk kolagen yang merupakan penyusun kulit pada permukaan tubuh.
Kulit ini berperan sebagai pertahanan pertama terhadap invasi benda
asing. Vitamin C juga memiliki peran penting pada berbagai fungsi
biokimia lainnya, yaitu pembentukan asam amino karnitin dan katekolamin,
serta membantu tubuh untuk menyerap zat besi dan memecah histamin yang
merupakan komponen radang pada reaksi alergi.
Selama beberapa tahun, terdapat kontroversi akan keamanan vitamin C. Namun, kebanyakan pendapat ini tidak berdasar.
Hatchcock
J dalam Safety of Vitamin and Mineral Supplements menyatakan bahwa
vitamin C memiliki kadar toksisitas yang rendah karena, bila tidak,
tentu sudah banyak terjadi intoksikasi. Walaupun konsumsi yang berlebih
mungkin menyebabkan efek samping pada beberapa individu, beberapa
laporan dalam penelitian yang luas menunjukkan efek samping yang sangat
kecil.
Vitamin C dan periodontal
Vitamin
C sejak lama dipercaya dapat mencegah penyakit scurvy. Dalam hal ini,
kekurangan vitamin C akan menyebabkan penyakit scurvy. Akan tetapi,
kekurangan vitamin C tidak secara langsung menyebabkan penyakit
periodontal. Hanya saja konsumsi vitamin C yang cukup dapat mengurangi
risiko terkena dan membantu penyembuhan penyakit ini.
Kurangnya
konsumsi vitamin C berhubungan dengan gangguan pembentukan kolagen,
padahal kolagen penting untuk memelihara integritas elemen penempelan gigi dan gusi. Selain itu, kolagen juga berperan sebagai pertahanan terhadap toksin bakteri dalam plak gigi sehingga tidak masuk ke pembuluh darah dalam gusi.
Suatu
studi in vitro mengungkapkan bahwa kalsium askorbat yang mengandung
metabolit vitamin C meningkatkan produksi protein kolagen hingga 85
persen dan turut meningkatkan mineralisasi jaringan.
Penelitian
oleh Pussinen PJ dkk (2003) menemukan adanya pengaruh kadar vitamin C
dalam darah terhadap tingginya kadar antibodi terhadap bakteri penyebab
tersering periodontitis, yaitu Actinobacillus actinomycetemcomitans dan
Porphyromonas gingivalis. Hal ini menunjukkan bahwa vitamin C penting
dalam memacu sistem kekebalan tubuh untuk melawan bakteri, yaitu dengan
membentuk antibodi.
Selain
membentuk antibodi, vitamin C juga dapat merangsang pembentukan sel
darah putih dan memiliki sifat kemotaktik, yaitu memanggil sel-sel darah
putih ke daerah radang untuk melawan kuman yang masuk. Vitamin C juga
akan menimbulkan lingkungan yang tidak menguntungkan untuk pertumbuhan P
gingivalis. Dengan demikian, jika kadar vitamin C rendah maka
kolonisasi P gingivalis akan meningkat sehingga penyembuhan jaringan
periodontal terhambat.
Pada studi
lainnya pada komunitas lanjut usia di Jepang tahun 2005 didapatkan
hasil konsentrasi vitamin C serum berhubungan terbalik dengan hilangnya
perlekatan gigi dengan gusi.
Didapatkan kejadian kehilangan perlekatan ini lebih besar empat persen
pada subyek dengan kadar vitamin C serum yang lebih rendah. Hal ini
menunjukkan kadar vitamin C serum memiliki hubungan dengan kejadian
periodontitis pada populasi usia lanjut.
Pada
sebuah studi lainnya di Jerman tahun 2005, kadar vitamin C darah pada
penderita periodontitis kronik lebih rendah dibandingkan individu yang
sehat. Kadar yang paling rendah ditemukan pada penderita yang juga
merokok. Studi ini juga mengungkapkan terjadinya peningkatan kadar serum
vitamin C dan perbaikan gejala pada penderita periodontitis kronik
setelah mengonsumsi grapefruit yang mengandung vitamin C kadar tinggi
selama dua minggu.
Hubungan
vitamin C dengan kelainan periodontal juga ditemukan pada survei besar
pada tahun 2000 yang melibatkan 12.419 subyek. Didapatkan hubungan
antara rendahnya konsumsi vitamin C dengan peningkatan risiko terjadinya
penyakit periodontal.
Orang yang
mengonsumsi 100-179 mg vitamin C per hari memiliki risiko yang lebih
rendah untuk terkena penyakit periodontal daripada orang yang
mengonsumsi hanya 0-29 mg vitamin C per hari. Namun, tidak terdapat
penurunan risiko lebih lanjut jika dosis vitamin C yang dikonsumsi lebih
dari 180 mg per hari.
Dari
berbagai penelitian di atas disimpulkan bahwa kurangnya konsumsi vitamin
C dapat meningkatkan risiko penyakit periodontal, yang pada akhirnya
dapat mengakibatkan tanggalnya gigi.
Karena itu, penting bagi kita untuk mengonsumsi vitamin C dalam kadar
yang cukup. Mencegah memang lebih baik daripada mengobati. ****
Oleh: Risha Ayuningtyas, Rinadewi A, Rony Mario, dan Rossy Agus M Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
No comments:
Post a Comment